Indonesia Terus Catat Pertumbuhan Positif, Masyarakat Harus Waspadai Narasi Pelemahan Ekonomi

oleh -1 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh Andini Setyaningsih )*

Perekonomian Indonesia kembali menunjukkan performa yang solid pada kuartal I tahun 2025, dengan mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen (yoy). Capaian ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di antara negara-negara anggota G20, hanya berada di bawah Tiongkok yang tumbuh sebesar 5,4 persen. Peringkat ini menjadi bukti bahwa fundamental ekonomi nasional tetap terjaga di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung.

banner 336x280

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa posisi Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di G20 merupakan sinyal positif yang harus terus dijaga. Bahkan, pertumbuhan Indonesia berhasil melampaui negara-negara besar lain seperti Malaysia (4,4 persen), Singapura (3,3 persen), dan Spanyol (2,9 persen). Airlangga optimistis momentum ini akan berlanjut di kuartal-kuartal berikutnya seiring dengan mulai berjalannya realisasi anggaran pemerintah.

Optimisme tersebut turut diperkuat oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa sektor industri pengolahan menjadi kontributor terbesar dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha, dengan pertumbuhan sebesar 4,55 persen dan kontribusi 19,25 persen terhadap total PDB kuartal I-2025. Pertumbuhan sektor ini didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan luar negeri.

Amalia menjelaskan lebih lanjut bahwa industri makanan dan minuman mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 6,04 persen, terutama karena tingginya permintaan selama bulan Ramadan dan Idulfitri. Sementara itu, industri logam dasar mengalami lonjakan pertumbuhan hingga 14,47 persen seiring meningkatnya permintaan global terhadap komoditas seperti besi dan baja. Bahkan industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki pun tumbuh sebesar 6,95 persen, didorong oleh peningkatan ekspor dan konsumsi domestik.

Selain sektor industri, sektor pertanian juga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Amalia, sektor ini tumbuh paling tinggi, yakni sebesar 10,52 persen, dengan kontribusi sebesar 12,66 persen terhadap PDB kuartal I-2025. Lonjakan ini dipicu oleh panen raya padi dan jagung serta meningkatnya permintaan pangan selama musim perayaan. Subsektor peternakan pun mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 8,83 persen, didorong oleh permintaan daging dan telur.

Sektor transportasi dan pergudangan mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,01 persen dan memberikan kontribusi 8,99 persen terhadap perekonomian. Kenaikan ini tidak terlepas dari peningkatan mobilitas masyarakat selama momen libur Tahun Baru, Hari Raya Nyepi, dan Idulfitri, serta meningkatnya aktivitas jasa pengiriman dan kurir. Sementara itu, sektor perdagangan tumbuh 5,03 persen dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 5,75 persen. Meski sektor akomodasi mengalami sedikit kontraksi akibat menurunnya tingkat hunian kamar, sektor makanan dan minuman tetap tumbuh tinggi sebesar 7,21 persen.

Meski data ekonomi menunjukkan tren positif, tantangan global tetap harus diantisipasi. Deputi Bidang Perencanaan Makro dan Pembangunan Bappenas, Eka Chandra Buana, menyampaikan bahwa target pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2026 dipatok antara 5,8 persen hingga 6,3 persen. Namun, ia juga mengingatkan adanya potensi risiko perlambatan akibat guncangan eksternal. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas eksternal melalui penguatan neraca pembayaran nasional dan pengendalian defisit transaksi berjalan.

Dalam konteks ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan konsumsi masyarakat pada kisaran 5,5 persen hingga 5,8 persen, konsumsi pemerintah antara 6,8 persen hingga 8 persen, dan investasi antara 6,2 persen hingga 7,2 persen. Untuk sektor perdagangan internasional, strategi industrialisasi akan terus didorong agar Indonesia dapat meningkatkan ekspor produk berteknologi menengah hingga tinggi. Tujuannya adalah agar neraca pembayaran tetap surplus dengan cadangan devisa mencapai USD 171 miliar, yang cukup untuk membiayai enam bulan impor.

Di tengah capaian positif tersebut, masyarakat harus tetap waspada terhadap narasi yang menyesatkan mengenai kondisi ekonomi nasional. Tidak sedikit pihak yang sengaja menyebarkan informasi keliru untuk menciptakan persepsi bahwa ekonomi Indonesia sedang melemah. Narasi seperti ini dapat mengganggu stabilitas psikologis publik dan kepercayaan pasar, padahal data empiris menunjukkan kondisi sebaliknya.

Perlu diingat bahwa sentimen publik dan persepsi terhadap ekonomi sangat memengaruhi dinamika pasar dan investasi. Oleh karena itu, masyarakat perlu bijak dalam menyikapi informasi ekonomi, terutama yang beredar di media sosial. Pemerintah telah bekerja keras menjaga stabilitas makroekonomi, mendorong pertumbuhan sektoral yang inklusif, serta memastikan distribusi hasil pembangunan merata ke seluruh wilayah, termasuk Kawasan Timur dan Barat Indonesia.

Masyarakat harus menjadi bagian dari proses pemulihan dan transformasi ekonomi nasional dengan memperkuat konsumsi domestik, mendukung produk dalam negeri, dan tetap optimis terhadap prospek pertumbuhan ke depan. Pemerintah juga terus membuka ruang partisipasi masyarakat melalui program-program pembangunan inklusif, sehingga manfaat pertumbuhan tidak hanya dirasakan oleh pelaku usaha besar, tetapi juga oleh UMKM dan masyarakat.

Dengan sinergi antara kebijakan pemerintah, kinerja sektor-sektor strategis, serta partisipasi aktif masyarakat, Indonesia memiliki peluang besar untuk terus mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan. Narasi pelemahan ekonomi harus dilawan dengan literasi dan fakta, bukan dengan ketakutan dan provokasi.

)* penulis merupakan pemerhati kebijakan ekonomi

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.