Reuni 212 Wajib Berjalan Tertib dan Kondusif, Tanpa Provokasi

oleh -31 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh: Juana Syahril)*

Wacana pelaksanaan Reuni Akbar 212 tahun 2025, berbagai pesan kebijaksanaan kembali digaungkan jelang penyelenggaraan kegiatan tersebut. Imbauan ini bukan hanya berfokus pada kesiapan teknis acara, tetapi juga tertuju kepada seluruh masyarakat agar lebih bijak menyikapi arus informasi, terutama potensi hoaks dan provokasi yang kerap muncul menjelang agenda besar. Akar dari seruan ini bermuara pada satu tujuan utama yaitu menjaga persatuan umat sekaligus memastikan kegiatan berjalan damai sebagaimana spirit awal.

banner 336x280

Kegiatan semacam ini bukan negara memberikan larangan, namun masyarakat juga harus tetap dan selalu diingatkan agar tidak terjebak dalam aksi provokasi yang dapat menghilangkan esensi pelaksanaan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di acara tersebut. Para pihak penyelenggara harus mampu menjamin dan menyakinkan masyarakat bahwa perlu bersama-sama menjaga situasi tetap kondusif. Hilangkan agenda-agenda politik yang kiranya dapat memicu ketegangan antar umat.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengatakan bahwa agenda tahunan ini digelar dengan lancar, tertib dan damai. Pramono juga mengarahkan agar pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), seperti Dishub, Satpol PP, KLH, hingga walikota untuk memastikan hal tersebut. Pemerintah daerah terus memastikan setiap kegiatan publik berjalan sesuai prosedur serta mengedepankan transparansi informasi. Dengan langkah ini, masyarakat diharapkan tetap tenang, tidak mudah terpengaruh isu liar, dan bersama-sama menjaga tetap aman serta kondusif.

Kesadaran akan dinamika sosial yang rawan terhadap misinformasi dalam kegiatan tersebut harus semakin matang. Reuni 212, yang akan dipusatkan di kawasan Monas, bekerja sama dengan Polri untuk memastikan seluruh tahapan berlangsung aman dan tertib. Sinergi dengan kepolisian merupakan komitmen penting demi ketertiban masyarakat dan kenyamanan peserta. Melalui kerja sama tersebut, harapannya keamanan tidak hanya tercipta secara fisik, tetapi juga di ruang digital, mengingat hoaks sering kali menjadi pemicu keresahan menjelang kegiatan berskala besar.

Dalam beberapa tahun terakhir, arus informasi di media sosial menunjukkan peningkatan signifikan, terutama menjelang peristiwa-peristiwa publik yang sensitif. Berbagai narasi, baik yang positif maupun negatif, mudah beredar tanpa verifikasi. Di sinilah pentingnya penting masyarakat agar lebih selektif menyaring kabar yang diterima. Seruan menghadapi hoaks menjadi bagian integral dari rangkaian komunikasi menjelang Reuni 212 tahun ini. Umat perlu kembali pada nilai-nilai persaudaraan, kearifan, dan penghormatan terhadap sesama demi menciptakan suasana kondusif.

Lebih dari sekadar acara tahunan, Reuni 212 memiliki tujuan spiritual yang ingin kembali ditegakkan. Kegiatan ini digelar untuk memperkuat nilai keagamaan sekaligus merawat kesatuan umat. Spirit ukhuwah diharapkan mampu tumbuh kembali, menggerakkan umat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu, aktivitas ini menjadi ruang mempererat tali silaturahim antara umat, ulama, habaib, dan tokoh bangsa. Kebersamaan semacam ini penting untuk menjaga keberlanjutan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno pun berharap reuni diharapkan bisa menjadi momentum untuk merawat persatuan demi kejayaan umat Islam dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Seluruh pihak untuk menjadikan kegiatan ini sebagai wadah munajat, memanjatkan doa bagi keselamatan Indonesia, serta mendoakan kemerdekaan Palestina sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan. Nilai kepedulian global tersebut menjadi salah satu kekuatan moral yang turut dipupuk dalam agenda tahunan ini.

Meski fokus kegiatan bersifat damai dan spiritual, tidak menutup mata terhadap kemungkinan adanya upaya pihak tertentu yang mencoba memanfaatkan momentum ini untuk menyebarkan provokasi. Hoaks kerap muncul pada isu yang sensitif dan melibatkan banyak orang, sehingga masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya. Generasi digital harus memiliki kedewasaan dalam menyaring informasi, sebab kesalahan kecil dalam penyebaran kabar dapat berimbas pada keresahan luas.

Karena itu, masyarakat diajak untuk saling mengingatkan dan bekerja sama dalam menjaga kondusivitas selama pelaksanaan Reuni 212. Kolaborasi antarwarga menjadi fondasi penting agar kegiatan berjalan damai tanpa gesekan. Aparat keamanan pun diminta memberikan perlindungan yang memadai kepada seluruh peserta, sehingga mereka dapat mengikuti rangkaian acara dengan rasa aman dan nyaman. Pada akhirnya, seruan untuk menjaga negara serta mendukung upaya pemerintah dalam memajukan bangsa menjadi penutup pesan kebijaksanaan yang menegaskan bahwa pelaksanaan Reuni 212 harus tetap sejalan dengan semangat konstitusi dan cita-cita pembangunan nasional.

Di tengah derasnya arus informasi, komitmen menjaga persatuan, keamanan, dan kedamaian menjadi semakin penting. Pemerintah menekankan bahwa semua elemen masyarakat, baik peserta maupun publik luas, perlu mengutamakan ketenangan serta kedewasaan dalam menyikapi berbagai isu yang berkembang. Sikap ini bukan hanya demi menjaga ketertiban acara, tetapi juga bagian dari upaya memperkuat karakter bangsa di era digital.

Imbauan untuk menghadapi hoaks secara bijaksana dan menolak segala bentuk provokasi menjadi kunci agar agenda besar ini berlangsung tertib dan terarah. Penyebaran informasi palsu berpotensi menciptakan ketegangan, sehingga kewaspadaan kolektif diperlukan. Dengan memprioritaskan akurasi informasi dan mengedepankan dialog yang sehat, masyarakat dapat memastikan bahwa Reuni 212 tetap berada dalam koridor yang damai, konstitusional, dan bermanfaat bagi kesatuan bangsa.

)* Penulis adalah Mahasiswa Bogor tinggal di Jakarta

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.