Oleh: Maskawi Syaifuddin *)
Pelemahan ekonomi global saat ini tengah menjadi perhatian banyak negara, termasuk Indonesia. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh dinamika geopolitik, fluktuasi harga komoditas, serta kebijakan moneter negara maju telah memicu perlambatan aktivitas ekonomi di berbagai sektor. Kondisi ini berdampak langsung pada dunia usaha, investasi, serta daya beli masyarakat. Dalam situasi seperti ini, diperlukan langkah-langkah mitigasi yang terukur agar dampaknya tidak semakin meluas. Pemerintah Indonesia, melalui berbagai kebijakan fiskal dan moneter, terus berupaya merespons tantangan tersebut dengan mengedepankan stabilitas ekonomi dan perlindungan terhadap kelompok rentan.
Mitigasi resesi sendiri merupakan langkah-langkah yang dirancang untuk meredam dampak buruk perlambatan ekonomi. Ketika aktivitas bisnis melambat, daya beli menurun, dan pengangguran meningkat, dibutuhkan strategi cepat dan terukur agar perekonomian tidak jatuh lebih dalam. Dalam konteks ini, pemerintah tidak sekadar menonton gejolak ekonomi global, melainkan bergerak dengan pendekatan yang berimbang: menjaga stabilitas makro sekaligus melindungi kelompok rentan.
Salah satu langkah nyata yang sudah dilakukan adalah dengan menjaga daya beli masyarakat melalui penguatan stimulus fiskal. Belanja pemerintah ditingkatkan secara tepat sasaran, termasuk dalam bentuk pemberian tunjangan hari raya, bantuan sosial, dan subsidi yang langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Langkah ini terbukti mampu mempertahankan konsumsi rumah tangga sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, pemerintah juga mengupayakan stabilitas sektor keuangan. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan bahwa Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang relatif kuat untuk menghadapi ketidakpastian global. Kementerian Keuangan bersama Bank Indonesia dan otoritas terkait terus mengawasi perkembangan situasi, termasuk dinamika nilai tukar rupiah dan indeks harga saham, dengan mengedepankan koordinasi lintas sektor. Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan bahwa pemerintah akan terus meningkatkan kewaspadaan serta mengambil tindakan preventif agar dampak eksternal tidak terlalu merusak fondasi ekonomi nasional.
Langkah lain yang tak kalah penting adalah keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional. Dalam masa-masa ketidakpastian, pemerintah tidak menahan laju pembangunan. Justru proyek infrastruktur tetap dijalankan, sebagai upaya menciptakan efek berganda pada penyerapan tenaga kerja dan investasi. Aktivitas sektor konstruksi, baik oleh pemerintah maupun swasta, turut mendongkrak kepercayaan pelaku usaha dan menjaga momentum pertumbuhan.
Kebijakan fiskal dan moneter juga dikelola dengan cermat. Pemerintah bersama Bank Indonesia terus berupaya menciptakan ruang kebijakan yang adaptif terhadap gejolak global. Suku bunga, stabilitas nilai tukar, hingga insentif fiskal dipadukan untuk menciptakan kondisi ekonomi domestik yang kondusif. Selain itu, stimulus terhadap UMKM tetap menjadi perhatian utama agar sektor ini mampu bertahan dan bahkan tumbuh dalam situasi sulit.
Upaya menjaga stabilitas rupiah menjadi salah satu fokus utama. Melemahnya nilai tukar memang tidak bisa dilepaskan dari tekanan eksternal seperti kebijakan suku bunga di negara maju, khususnya Amerika Serikat. Namun, pemerintah tidak tinggal diam. Langkah konkret seperti memperkuat cadangan devisa, memperluas pasar ekspor ke kawasan ASEAN, BRICS, dan Eropa, serta mengintensifkan negosiasi perdagangan, dijalankan secara simultan untuk menjaga keseimbangan neraca transaksi berjalan.
Dari sisi investasi, pemerintah terus menciptakan iklim yang ramah dan atraktif. Meski situasi global menekan pasar saham dan aset lainnya, namun Indonesia tetap mencatatkan aktivitas investasi yang tumbuh, terutama pada sektor non-bangunan dan barang modal. Hal ini menunjukkan bahwa investor masih menaruh kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia dalam jangka menengah dan panjang.
Perlu juga dicatat bahwa mitigasi resesi tidak cukup hanya di tataran kebijakan makro. Pemerintah mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut serta dalam proses pemulihan ekonomi. Individu dan rumah tangga dihimbau untuk memperkuat ketahanan finansial, meningkatkan literasi keuangan, serta mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Dalam konteks ini, negara hadir sebagai fasilitator yang menyediakan dukungan pendidikan, pelatihan, dan akses terhadap teknologi serta permodalan.
Respons positif juga datang dari lembaga legislatif. Ketua DPR RI, Puan Maharani menyampaikan bahwa pihaknya mendukung penuh langkah-langkah pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. DPR bahkan siap bekerja sama melalui fungsi pengawasan dan legislasi agar kebijakan pemerintah dapat dijalankan dengan optimal dan berpihak kepada rakyat. Keselarasan antara eksekutif dan legislatif ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menghadapi tantangan yang ada.
Dalam menyikapi situasi yang penuh ketidakpastian, pemerintah Indonesia memilih untuk bertindak cepat, tepat, dan inklusif. Langkah mitigasi dijalankan tidak hanya untuk menyelamatkan angka-angka statistik, tetapi lebih penting dari itu, untuk menjamin keberlanjutan kesejahteraan rakyat. Resesi bukanlah akhir dari segalanya, dan dengan kerja bersama serta komitmen yang kokoh, Indonesia diyakini tidak hanya mampu melewati masa sulit ini, tetapi juga keluar lebih kuat dan tangguh di masa mendatang.
Ketika tekanan ekonomi global menghantam berbagai negara, termasuk Indonesia, perbedaan terletak pada kesiapan menghadapi dan menyiasatinya. Mitigasi terhadap pelemahan ekonomi bukan sekadar kebijakan, tetapi cerminan dari kepedulian negara terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam arus badai ekonomi dunia, pemerintah terus menjadi nahkoda yang sigap mengarahkan kapal bangsa agar tetap melaju dengan tenang dan selamat mencapai tujuan.
*) Pengamat Ekonomi dari Pancasila Madani Institute